Bagi sebagian pihak, ketokohan dipahami sebagai posisi formal atau jabatan struktural. Namun bagi yang lain, ketokohan merupakan cerminan keteladanan yang terus tampak dalam tindakan sehari-hari. Dua pandangan ini berjalan berdampingan dan sering kali saling melengkapi. Ketokohan tidak selalu mudah didefinisikan, namun kehadirannya dapat dirasakan dalam iklim sosial yang tercipta.
PKRT meyakini bahwa ketokohan bukan semata-mata tentang identitas personal, tetapi tentang nilai yang terjaga. Kesediaan mendengarkan, kemampuan merangkul, serta kehadiran yang memberi arah—itulah unsur-unsur yang membangun ketokohan, meskipun tidak selalu terlihat oleh semua orang.
Setiap individu memiliki potensi untuk menjadi tokoh, baik melalui peran formal maupun kontribusi yang tidak tercatat secara administratif. Keduanya memberikan dampak yang sama pentingnya dalam memperkuat hubungan sosial dan memperluas manfaat organisasi.
Dengan demikian, ketokohan dapat dipahami sebagai kualitas yang tidak harus dikukuhkan, tetapi tumbuh melalui tindakan yang konsisten. Ia mungkin tidak selalu tampak secara jelas, namun keberadaannya memberikan pengaruh yang signifikan bagi lingkungan. (BR/Sekjen)


Posting Komentar